Rabu, 08 Juni 2016

Mengapa Puasa Bisa Mengalahkan Hawa Nafsu

Manusia adalah mahluk yang sempurna yang telah diciptakan Allah SWT sebagai Khalifatu fil Ardi, sebagai pemimpin, pemelihara serta pelaksana di muka bumi. Dikatakan sempurna karena manusia diciptakan dengan akal dan nafsu sekaligus, yang mana hal tersebut tidak diberikan kepada mahluk manapun.

Malaikat hanya diberikan akal saja, sehingga malaikat senantiasa taat dan beribadah kepada Allah SWT, tak ada lagi yang diperbuat oleh malaikat selain beribadah serta menjalankan segala perintah Allah SWT.

Syaiton juga diciptakan hanya dibekali dengan nafsu saja. Karena hanya memiliki nafsu maka syaiton selalu mengingkari perintah Allah serta menggoda manusia dengan bisikan-bisikan agar menjadi pengikut setianya menjadi pembangkang atas perintah Allah.

Dikisahkan jauh sebelum manusia diciptakan, Allah terlebih dahulu menciptakan Akal dan Nafsu. Sebelum akal dan nafsu ini ditanamkan pada diri manusia, Allah memerintahkan kedua mahluk ini untuk menghadap kepada Allah SWT.

Yang pertama dipanggil adalah akal.
"Hai Akal maju" kata Allah SWT kepada akal, kemudian majulah akal kehadapan Allah SWT.
Memang seperti itulah akal, selalu tunduk, patuh serta taat pada perintah Allah SWT. Setelah akal berada didepan Allah SWT, maka Allah SWT bertanya kepada akal.

"Hai Akal man Anaa wa man anta (siapa Aku dan siapa kamu?)" tanya Allah SWT.
Dan akal menjawab "Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hambaMU yang lemah"
Allah berkata kepada akal "Wahai akal sesungguhnya aku menciptakanmu sebagai mahluk yang mulia daripada yang lainnya".

Setalah akal selesai ditanya oleh Allah SWT, maka dipanggillah nafsu.
"Wahai Nafsu, kemarilah menghadapku" perintah Allah SWT
Namun bukannya segera maju menghadap, nafsu malah tak bergeming dan tak berpindah dari tempatnya seakan tak mendengar perintah Allah SWT tersebut, sampai Allah SWT mengulangi perintahnya beberapa kali barulah nafsu menghadap Allah SWT.

Memang sesuai dengan keinginan Allah SWT seperti inilah didesign nafsu. Setelah itu nafsu ditanya dengan pertanyaan yang sama dengan akal.

"Hai Nafsu man Anaa wa man anta (siapa Aku dan siapa kamu?)" tanya Allah SWT
"Engkau ya engkau aku ya aku" jawab nafsu dengan sombongnya.

Mendengar jawaban nafsu, maka Allah SWT menghukum nafsu, dia dimasukkan ke neraka jahannam selama 100 tahun. Setelah 100 tahun brlalu maka Allah memerintahkan untuk mengangkat nafsu dari neraka dan kembali dipanggil kehadapan Allah SWT.

"Hai nafsu, engkau telah aku hukum dan aku siksa selama 100 tahun di neraka jahannam, sekarang jawab pertanyaanku man Anaa wa man anta (siapa Aku dan siapa kamu?)" tanya Allah SWT

"Engkau ya engkau aku ya aku" jawab nafsu lagi, masih dengan jawaban dan kesombongan yang sama
"Sepertinya engkau belum memahami pertanyaanku" kata Allah SWT
Kemudian Allah melemparkan kembali nafsu kedalam neraka lapar dan dahaga selama 100 tahun.

Setelah 100 tahun berlalu, kemudian Allah SWT kembali memanggil nafsu kehadapannya
"Hai nafsu, engkau telah aku hukum dan aku siksa selama 100 tahun di neraka lapar dan dahaga, masihkah engkau bodoh dan tidak tahu siapa Aku dan siapa kamu" tanya Allah SWT.

Kemudian barulah nafsu menjawab dengan benar
"Engkau adalah Tuhan yang menciptakanku dan aku adalah hambaMu (Anta Rabbi khalaqtani, waa anaa 'abduka) jawab nafsu dengan merendah.

Dari kisah diatas, ternyata nafsu dapat dikalahkan dengan rasa lapar dan dahaga, artinya jika kita ingin mengendalikan nafsu, maka berpuasalah. Momen bulan Ramadhan adalah momen dimana kita seharusnya bisa mengendalikan nafsu tersebut.


Sifal asli tergambar di bulan Ramadhan

Ada pepatah mengatakan "Apabila ingin melihat sifat asli dari seseorang, lihatlah saat bulan Ramadhan saat ia berpuasa" mengapa demikian?

Seperti yang kita ketahui bersama saat mamasuki bulan Ramadhan, syaiton-syaiton dan jin-jin yang durhaka diikat, sehingga mereka tidak akan bebas menggoda dan menjerumuskan manusia sebagaimana mereka bebas disepanjang tahun.

Akan tetapi, walaupun syaiton dan jin telah diikat oleh Allah SWT, namun nafsu masih tetap ada dalam diri manusia, sehingga nafsu masih masih bisa mempengaruhi manusia untuk ingkar akan perintah Allah SWT.

Nafsu masih tetap bebas membuat manusia menjadi marah, berbohong, melakukan hal-hal yang tidak diridhoi Allah SWT, bahkan tidak berpuasa. Orang-orang seperti itu adalah orang yang tidak dapat mengendalikan nafsunya.

Itulah gambaran murni dari sifat manusia tersebut, karena di bulan ramadhan segala sesuatu yang dilakukan manusia bukan berasal dari godaan syaiton dan jin yang durhaka. akan tetapi ajakan dari dalam diri sendiri, ajakan dari nafsu yang memang ditanamkan dalam diri manusia itu sendiri.

Demikianlah bagaimana puasa seharusnya senantiasa bisa menjadi benteng untuk menghindari dari segala bisikan nafsu. Semoga kita termasuk orang yang dapat mengendalikan nafsu dan dapat menggunakan akal tanpa nafsu yang buruk.

Wallahu A'lam Bishawab


Regards,
S J A

Tidak ada komentar: