Selasa, 02 Juni 2009

JK, Daeng Capres dari Bugis

Majunya Muhammad Jusuf Kalla menjadi calon presiden (capres) dengan menggandeng Wiranto dari Hanura cukup mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, pria yang kerap dipanggil Jusuf Kalla saja atau disingkat JK, sebelumnya berkongsi dengan Partai Demokrat.

Alasannya tidak lain tidak bukan, karena Rapimnas Golkar mengamanatkan agar Golkar mengajukan capres. Selain itu, pecahnya kongsi disebutkan tidak adanya kecocokan kontrak politik antara Golkar dengan Demokrat. JK yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Golkar akhirnya menggandeng Wiranto dari Partai Hanura untuk bertarung di Pemilihan Presiden 2009. Mereka pun menggadang slogan JK-WIN, namun kemudian diralat menjadi JK-Wiranto.

Kisah kepemimpinan JK berawal dari jiwa wirausahanya, yakni ketika memimpin perusahaan keluarganya NV Hadji Kalla dengan jabatan CEO, pada tahun 1968. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, hingga telekomunikasi. Berbagai usahanya itu kemudian berada di bawah bendera usaha Kalla Group. Bahkan karena suksesnya di usaha yang dipimpinnya, JK pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan.

Sementara pengalamannya di organisasi juga cukup mumpuni. Tercatat pada periode 1965-1966 Ketua HMI Cabang Makassar, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Hingga kini, dia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.

Kini JK menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004. Puncak karir politiknya di Golkar dikabarkan dikarenakan suksesnya JK saat bersanding dengan Susilo Bambang Yudhoyono memenangi Pemilihan Presiden 2004 silam. Hal ini membuat JK menjabat Wakil Presiden hingga sekarang.

Pengalaman sebagai menteri pun pernah dia rasakan. Yakni di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tetapi diberhentikan. Kemudian kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

JK lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.

Pendidikan formal yang pernah dienyamnya yaitu di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin tahun 1967, dan di The European Institute of Business Administration, Perancis pada tahun 1977. Selanjutnya setelah menikah dengan Mufidah Jusuf, JK dikaruniai seorang putra dan empat putri. Kini JK merupakan kakek dengan sembilan orang cucu.

Sumber : http://pemilu.okezone.com/candidate/jk

Alasan Memilih JK-Wiranto

Inilah sejumlah fakta dan penyebab mengapa pasangan Jusuf Kalla-Wiranto paling tepat untuk memimpin Indonesia.

Pasangan Nusantara. JK-Wiranto adalah satu-satunya pasangan yang memperhatikan keanekaragaman budaya masyarakat Indonesia. Hanya pasangan Capres-Cawapres JK-Wiranto yang memiliki unsur pribadi dari luar pulau Jawa, bahkan dicalonkan sebagai Presiden RI.
Nasionalis. JK-Wiranto keduanya tak ingin bangsa Indonesia yang besar jatuh ke tangan kekuasaan asing, termasuk dalam soal ekonomi.

Pro-Pasar. Namun pasar di sini tidak semata pasar saham belaka sebagaimana didengung-dengungkan oleh para elite neo-liberal. Akan tetapi lebih ke pasar rakyat yang menggerakkan roda ekonomi riil.

Berpengalaman di pemerintahan. Baik Jusuf Kalla maupun Wiranto merupakan tokoh yang matang di pemerintahan. Jusuf Kalla pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan serta Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) sebelum menjadi Wakil Presiden RI. Sementara Wiranto pernah menjabat sebagai Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) serta Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam).


Agamis. H. Muhammad Jusuf Kalla maupun H. Wiranto merupakan sosok yang taat pada agamanya, namun juga penuh toleransi dengan agama lain.
Peduli Rakyat Kecil. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diluncurkan pemerintah merupakan inisiatif Jusuf Kalla (JK). Program ini jelas membantu jutaan rakyat kecil yang selama ini tak memiliki akses bantuan.

Cinta Damai. JK semenjak masih menjadi Menko Kesra sudah menggagas dan mengupayakan upaya perdamaian di daerah-daerah konflik. Ia pergi ke Aceh, berhasil mewujudkan Perdamaian Malino, juga ke Poso dan Ambon. Wiranto pada saat menjabat sebagai Panglima ABRI pada 1999 juga memerintahkan penarikan pasukan organik dari Aceh setelah selama Orde Baru dijadikan Daerah Operasi Militer (DOM). Semua itu membuktikan keduanya mencintai perdamaian bagi bangsa besar ini.

Lebih Cepat. Dalam jabatannya di pemerintahan, JK maupun Wiranto lebih cepat dari pejabat lain saat harus bertindak. Bahkan kerapkali hambatan birokrasi yang panjang ditembusnya demi agar sebuah kebijakan yang pro-rakyat dapat diterapkan.


Lebih Baik. Pengalaman JK-Wiranto di pemerintahan menjadikan keduanya sebagai pasangan capres-cawapres yang yang lebih baik dari berbagai segi. Baik dari segi pengalaman, kompetensi, kejujuran, maupun keberpihakannya pada bangsa.

Lebih Tegas. Karakter JK dan Wiranto bukanlah seorang peragu. Keduanya tegas dan berani mengambil resiko tidak populer atas kebijakannya demi kebaikan rakyat.

Sumber : http://jk-wiranto-2009.com/?page_id=58